Saturday 31 May 2008

SISTEM FILTRASI KOLAM IKAN KOI

Membangun suatu sistem filtrasi kolam koi yang baik bisa menghabiskan dana yang sama atau bahkan lebih banyak dibandingkan biaya membangun kolam itu sendiri.
Pada umumnya dikenal dua sistem instalasi dasar dalam membangun sistem filtrasi kolam koi, yaitu sistem instalasi dengan menggunakan pompa dan sistem instalasi dangan menggunakan gaya gravitasi.












Gambar 1.

pada gambar di atas air "ditarik" dari kolam dengan menggunakan sebuah pompa kedalam sistem filter. Selanjutnya air dikembalikan ke kolam secara gravitasi. Sedangkan pada gambar 2. Air masuk kedalam sistem filter secara gravitasi, kemudian dikembalikan ke dalam kalam dengan bantuan sebuah pompa.












Gambar 2.

Mengenai sistem filternya sendiri silahkan merefer ke pembahasan tentang filter, di bagian Filter. Gambar 3 menunjukkan improvisasi konstruksi filter secara gravitasi yang dibuat dengan menggunakan bahan fiber. Gambar 3 kiri merupakan konstruksi konvensional, sedangkan Gambar 3 kanan, merupakan konsruksi yang dilengkapi dengan ruang vortex.


Friday 16 May 2008

White Spot (Ich)


White spot atau dikenal juga sebagai penyakit "ich" merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit. Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan. Secara potensial white spot dapat berakibat mematikan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih di sekujur tubuh dan juga sirip.

Inang white spot yang bervariasi, siklus hidupnya serta caranya meperbanyak diri dalam akuarium memegang peranan penting terhadap berjangkitnya penyakit tersebut.
Tanda-tanda Penyakit

Siklus hidup white spot terdiri dari beberapa tahap, tahapan tesebut secara umum dapat dibagi dua yaitu tahapan infektif dan tahapan tidak infektif (sebagai "mahluk" yang hidup bebas di dalam air atau dikenal sebagai fase berenang) (lihat gambar). Gejala klinis white spot merupakan akibat dari bentuk tahapan sisklus infektif. Ujud dari "white spot" pada tahapan infektif ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit, insang atau rongga mulut. Oleh karena itu, julukan white spot sebagai ektoparasit dirasa kurang tepat, karena sebenarnya mereka hidup dilapisan dalam kulit, berdekatan dengan lapisan basal lamina. Meskipun demikian parasit ini tidak sampai menyerang lapisan di bawahnya atau organ dalam lainnya.

Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali. Pada kasus berat beberapa individu dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama.

Ikan yang terjangkit ringan sering dijumpai menggosok-gosokan tubuhnya pada benda-benda lain di dalam akuarium sebagai respon terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka. Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan osmotik ikan, akibat gangguan pernapasan, atau akibat infeksi sekunder. Ikan berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit berat.

Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis. Mereka akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat dan siripnya tampak bergetar ( mungkin sebagai akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut). pada ikan yang terjangkit sangat parah, mereka akan tampak lesu, atau terapung di permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas. sirip tampak robek-robek dan compang-camping. Insang juga tampak memucat. Terjadinya kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan menglami stres osmotik dan stres pernapasan. Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Apabila ini terjadi peluang ikan untuk dapat disembuhkan akan relatif sangat kecil.
Penyebab.

White spot disebabkan oleh parasit yang diberi nama: Ichtyophtirius multifilis. Parasit ini diketahui terdiri dari beberapa strain. Ichtyophtirius multifilis memiliki selang toleransi suhu lebar, oleh karena itu, penyakit white spot dapat dijumpai baik pada ikan-ikan yang hidup di air dingin maupun yang hidup di daerah tropis.

White spot dapat masuk kedalam sistem akuarium melalui ikan yang terjangkit, atau melalui air yang mengandung parasit pada fase berenang. Tanaman air dan pakan hidup dapat pula menjadi perantara white spot terutama apabila lingkungan hidup tanaman dan pakan hidup tersebut telah terjangkit white spot sebelumnya.

Air ledeng berkualitas baik jarang menjadi media penyebaran white spot. Diketahui bahwa fase berenang white spot hanya dapat bertahan hidup selama beberapa jam saja sebelum harus menempel pada inangnya. Oleh karena itu, biasanya mereka akan mati selama proses pengolahan air.
Pencegahan dan Perawatan

Tindakan karantina terhadap penghuni akuarium baru merupakan tindakan pencegahan yang sangat dianjurkan dalam menghindari berjangkitnya white spot. Pada dasarnya white spot termasuk mudah dihilangkan apabila diketahui secara dini. Berbagai produk anti white spot banyak dijumpai di toko-toko akuarium. Produk ini biasanya terdiri dari senyawa-senyawa kimia seperti metil biru, malachite green, dan atau formalin. Meskipun demikian, ketiga senyawa itu tidak akan mampu menghancurkan fase infektif yang hidup di dalam tubuh kulit ikan. Oleh karena itu, pemberian bahan ini harus dilakukan berulang-ulang untuk menghilangkan white spot secara menyeluruh dari akurium.

Perlu diperhatikan bahwa spesies ikan tertentu, khususnya yang tidak bersisik diketahui sangat tidak toleran terhadap produk-produk anti white spot, oleh karena itu, perhatikan cara pemberian obat-obatan tersebut pada kemasannya dengan baik

Perlakuan perendaman dengan garam dalam jangka panjang (selama 7 hari pada dosis 2ppt(part per thousand)) diketahui dapat menghilangkan white spot . Perlakuan ini hanya dapat dilakukan pada ikan-ikan yang tahan terhadap garam.

Akuarium sendiri dapat dibersihkan dari white spot dengan cara memindahkan selurah ikan dari akuarium tersebut. Pada lingkungan tanpa ikan sebagai inang, fase berenang dari whte spot akan mati dengan sendirinya. Pada akuarium dengan suhu diatas 21°C, akuarium akan terbebas dari white spot setelah dibiarkan selama 4 hari. Akan lebih aman lagi apabila akuarium tersebut dibiarkan selama 7 hari. Semua peralatan akuarium juga akan terbebas dari white spot setelah dibiarkan selama 7 hari.

Radiasi dengan sinar ultra violet dapat pula membantu mengurangi populasi white spot.

Ikan yang lolos dari serangan white spot diketahui akan memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kekebalan ini dapat bertahan selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Meskipun demikian ketahanan ini dapat menurun apabila ikan yang bersangkutan mengalami stres atau terjangkit penyakit lain. Pada suatu serangan white spot sering dijumpai ada ikan dari jenis yang sama tidak terjangkit oleh white spot tersebut sama sekali. Hal ini merupakan salah satu petunjuk adanya fungsi kekebalan tadi.

Setiap jenis ikan memiliki tingkat kerentanan yang berbeda terhadap white spot. Dari sekian banyak spesies yang ada Botia macracantha merupakan salah satu spesies yang sangat rentan terhadap white spot.

Malachite Green

Malachite Green merupakan pewarna triphenylmethane dari group rasamilin. Bahan ini merupakan bahan yang kerap digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan parasit dari golongan protozoa, seperti: ichtyobodo, flukes insang, trichodina, dan white spot, serta sebagai fungisida. Penggunaan bahan ini hendaknya dilakukan pada sistem tertutup seperti akuarium atau kolam ikan hias. Malachite green diketahui mempunya efek sinergis apabila diberikan bersama-sama dengan formalin.

Terdapat indikasi bahwa kepopuleran penggunaan bahan ini agak menurun, karena diketahui bisa menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan manusia apabila terhirup. Malachite Green juga dapat menimbulkan akibat buruk pada filter biologi dan pada tanaman air. Disamping itu, beberapa jenis ikan diketahui tidak toleran terhadap bahan ini. Warna malachite green bisa melekat pada apa saja, seperti tangan, baju, dan peralatan akuarium , termasuk plastik.

Hindari penggunaan malachite green dalam bentuk serbuk (tepung). Disarankan untuk menggunakan malachite green dalam bentuk larutan jadi dengan konsentrasi 1% dan telah terbebas dari unsur seng.
Dosis dan Cara Pemberian

Dosis 0.1 - 0.2 ml dari larutan 1% per 10 liter air, sebagai perlakuan perendaman jangka panjang. Pemberian dosis dapat dilakukan setiap 4-5 hari sekali. Sebelum pemberian dosis dilakukan, disarankan untuk mengganti air sebanyak 25 %

Dosis 1 - 2 ml dari larutan 1% per 10 liter, sebagai perlakuan jangka pendek (30 - 60 menit). Perlakuan dapat di ulang setiap 2 hari sekali. Perlakuan dapat dilakukan sebanyak 4-5 ulangan.

Dosis campuran antara Malachite Green dan Formalin untuk perlakuan pada ikan adalah 0.05 - 0.1 ppm MG dan 10 -25ppm Formalin. Untuk udang-udangan atau invertebrata laut adalah 0.1 -0.2 ppm MG dan 10 - 25 ppm Formalin.

Malachite Green dapat pula diberikan sebagai disinfektan pada telur dengan dosis 5 ppm selama 10 menit.

Perlakuan hendaknya dilakukan pada tempat terpisah.
Perhatian

Malachite Green dapat bersifat racun terhadap burayak ikan, terhadap beberapa jenis tetra, dan beberapa jenis catfish seperti Pimelodidae atau blue gill. Beberapa penyimpangan hasil perlakuan dengan MG dapat terjadi apabila perlakuan dilakukan pada pH air diatas 9 atau apabila temperatur air diatas 21 ° C.

Yakinkanlah MG yang digunakan adalah dari jenis yang bebas Seng.

Tidak ada salahnya dilakukan percobaan terlebih dahulu pada 1 atau 2 ikan sebelum perlakuan MG dilakukan pada sejumlah banyak ikan.

Berbagai Macam Hama Koi

Selain penyakit, koi pun tidak luput dari hama yang setiap saat bakal menyerangnya di kolam taman. Jika penyakit berukuran lebih kecil daripada koi, maka hama berukuran lebih besar dibandingkan koi, dan biasanya merupakan binatang dari kelas lain.

Tidak semua hama memangsa koi dengan sekali santap. Adakalanya hama hanya sekedar menyakiti koi. Karena koi bisa menjadi begitu jinak dan bere-nang di permukaan air ketika seseorang mendekati kolam. Saat seperti ini sangat mudah bagi kucing untuk memanfaatkan kesempatan.

Hampir sama dengan kasus yang terjadi pada pemeliharaan ikan konsumsi, musang bisa menjadi ancaman yang sangat berbahaya bagi koi yang kita pajang di kolam. Bahkan di Jepang, musang ini menjadi musuh utama koi. Musang akan membunuh koi ketika mereka sedang tertidur. Entah kenapa, binatang satu ini seolah punya kemahiran yang sulit di-tandingi ketika memangsa koi.

Selain musang, anjing air pun tidak kalah berbahayanya dalam mengincar koi di kolam taman. Seperti halnya musang, anjing air ini juga bergerak pada malam hari, ketika koi sedang beristirahat. Bekas-bekas serangan musang dan anjing air biasanya bisa kita temukan di pinggiran kolam pada ke-esokan harinya berupa sisik-sisik yang tercecer atau-pun kepala koi. Kepala koi biasanya tidak ikut dimakan karena keras dan sisik-sisik biasanya tercecer karena kedua binatang ini biasanya lebih me-milih mencabik-cabik daging koi.

Burung elang, bangau, dan raja ikan juga turut andil dalam memangsa koi. Sedangkan kodok dan ular memangsa koi yang masih kecil. Hama seperti telah disebut di atas cukup mengancam keselamatan koi, maka perlu dicari jalan keluarnya. Pembuatan kolam yang memenuhi syarat agar tidak memung-kinkan hama mengganggu koi adalah sangat penting. Kolam yang sekelilingnya ditumbuhi tanaman rim-bun yang tidak terawat tentu memungkinkan sekali sebagai sarang ular ataupun tempat persembunyian kodok.

Untuk melindungi koi dari sergapan burung, bisa saja di atas kolam dipasang jaring untuk meme-rangkapnya. Beberapa orang merentangkan pita kaset bekas ke segala penjuru untuk menakuti burung, karena dengan kilatan cahaya yang terpantul akan menakuti burung. Sedangkan untuk menang-gulangi serangan ular dan hewan lainnya, beberapa orang memasang pagar kawat di sekeliling kolam.

Tanda-tanda Koi Sakit

1. Perubahan sekujur tubuh
Perubahan pada permukaan tubuh misalnya timbulnya bercak-bercak merah seperti darah, mun-culnya lendir yang kelewat banyak, dan hadirnya binatang-binatang asing pada beberapa bagian atau sekujur badannya. Jika muncul serabut seperti cacing pada tubuhnya, berarti ikan terserang Lernaea, sedangkan bila ada binatang putih, bulat, itu pertanda kena serangan kutu ikan (Argulus).

2. Menyendiri
Koi yang sehat akan berenang riang gembira me-ngelilingi kolam tempat hidupnya. Bila kita temu-kan koi yang menyendiri di sudut kolam dan tidak mau bergabung dengan kelompoknya, kita harus mulai curiga bahwa koi tersebut menderita sakit. Bila hanya sesekali saja seekor koi meninggalkan kelompoknya kemudian balik lagi bergabung, maka hal tersebut biasa dan tidak perlu dicurigai sebagai ikan yang sakit. Pada tahap yang lebih parah, koi ini akan mengambang dan ketika deritanya sudah me-muncak koi ini akan menghantam dinding kolam.

3. Megap-megap
Biasanya koi yang sehat akan bernapas dengan teratur, tenang dan seirama dengan gerakannya. Koi yang sakit akan bernapas dengan cepat dan mengesankan megap-megap. Gerakan mereka sudah tampak tidak serasi, dan sering terlihat di permukaan air. Koi bukanlah golongan ikan yang dilengkapi alat pernapasan tambahan yang harus menyempat-kan menghirup oksigen dari udara langsung. Oleh karenanya kalau ada gerakan koi yang seperti itu kita sudah harus curiga, terlebih Jika kita lihat ketika bernapas mulutnya terbuka lebar.

4. Diam di dasar dan strip dada terbuka
Koi yang sehat umumnya akan aktif bergerak kian kemari bersama kelompoknya. Koi yang sakit akan berdiam diri di dasar kolam dengan posisi ship dada terbuka lebar. Bagaimana membedakannya dengan koi yang sedang tidur? Koi yang sedang tidur akan memilih tempat yang sesuai, dan akan diam dengan posisi sirip dada tertutup. Sedangkan koi yang sakit akan tidur di mana saja, tidak peduli tempat itu datar, berbatu-batu, atau di pojok kolam yang menonjol. Lagipula koi sehat yang sedang tidur ketika kita ganggu akan sigap berenang berpindah tempat, sedangkan yang sakit hanya sebentar saja bereaksi, kemudian akan kembali pada posisi semua dan diam tak bergerak. Malahan gerakannya mengesankan kalau koi tersebut tidak memilih tempat baru, melainkan tenggelam.

5. Tidak bernafsu makan
Koi yang sehat akan memburu dengan sigapmakanan yang disodorkan dan berebut sesama ka-wannya. Namun koi yang sakit tidak akan ikut-ikut-an bereaksi. Selain itu, koi yang sakit biasanya di-tandai dengan cairan yang dikeluarkan dari dubur-nya. Karena makanannya tidak teratur, maka kotoran yang dikeluarkannya pun berpengaruh. Ketika kotoran koi sudah encer, itu suatu indikasi bahwa penyakitnya sudah sangat serius.

6. Insangnya terdapat parasit
Jika permukaan tubuhnya terlihat biasa-biasa saja, artinya tidak mengalami perubahan yang"ber-arti, tapi dari aktifitasnya mereka terlihat sangat lelah, maka boleh jadi koi tersebut terserang penya-kit. Langkah yang mesti dilakukan adalah melihat insangnya. Ikan yang napas dan aktifitasnya ter-ganggu, biasanya insangnya berubah putih atau ke-hitaman. Bisa juga bentuk insangnya berubah. Warna merah pada insang yang sehat tidak bakal kita temukan lagi. Dan bila sudah demikian koi harus ditangani dengan serius, Jika kita tidak inginkan koi yang lain turut terserang. Tidak jarang juga pada insang koi kita temukan binatang seperti cacing atau kutu yang menempel, karena kita tahu serangan kedua parasit ini meliputi sekujur tubuh tanpa kecuali.

7. Berenang menyentak-nyentak
Koi yang sehat akan berenang dengan mulusnya, kadang cepat, kadangkala lambat dan ber-irama. Namun, Jika kita temukan koi yang berenang menyentak-nyentak secara terus menerus itu pertan-da koi tersebut sedang menderita sakit. Tidak jarang koi yang berenang menyentak-nyentak ini menabrak temannya. Dan sering perilaku berenang menyentak - nyentak ini dilakukan seiring dengan gerakan megap - megap dari mulut dan insang dan dilakukan di permukaan air.

8. Gerakan salto
Suatu kali mungkin akan kita temukan koi yang bergulingan ketika berenang, baik berguling ke sam-ping atau ke arah bawah. Jika demikian kemungkin-an besar gelembung renangnya berfungsi tidak sem-purna.

White Spot

Penyakit white spot mungkin boleh dibilang penyakit yang sangat populer karena banyak di-temukan menyerang koi di kolam taman maupun kolam penampungan. Bintik-bintik putih akan tampak di permukaan badan ikan, mula-mula di satu bagian kemudian meluas pada bagian tubuh lainnya. Penyebab bintik putih ini tidak lain dari protozoa bernama Ichthyophthirius multifilis.

Sekalipun tidak terlihat mata telanjang, tapi karena protozoa ini berkumpul dalam jumlah banyak, maka akan tampak seperti bintik putih. Diameter seekor protozoa sekitar 0,7 milimeter dan berbentuk seperti telur.

Koi yang terserang bintik putih seolah-olah tertutup oleh bedak putih. Pada tahap awal bintik
putih hanya menyerap cairan tubuh, tapi lama-kelamaan menyebabkan ikan kurus dan akhirnya mati.

Koi akan sangat mudah terserang apabila lingkungannya jelek dan kesehatan koi tidak berada dalam kondisi prima.

Untuk mengobati koi yang terserang bisa dengan cara menaikkan suhu air hingga mencapai beberapa derajat dari suhu awal. Cara ini sering efektif untuk mematikan white spot.
Pengobatan dengan cara menaikkan suhu air kolam 0,5 gram Methelene blue dalam 1 ton air juga cukup efektif dalam mengenyahkan white spot. Pengobatan dilakukan dengan cara pemandian. Selain pada tubuh, white spot juga menyerang insang koi.

Kutu Ikan

Kutu ikan juga sering ditemukan menyerang koi. Bentuknya pipih berwarna abu-abu muda dan tetgolong ke dalam udang-udang renik. Berbeda dengan white spot, seekor kutu ikan ukurannya cukup besat sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang.

Jika hanya satu atau dua ekor kutu ikan yang menempel pada tubuh koi, kita bisa mencomot kutu ikan tersebut dengan pinset dan mengolesi bekas lukanya dengan obat merah. Jika jumlahnya cukup banyak dan sudah menyerang seluruh ikan yang ada di dalam kolam, maka tidak ada jalan lain kecuali mengobatinya dengan Diphterex berdosis 0,5 - 1,0 ppm selama 24 jam. Pengobatan bisa dengan garam dapur sebanyak 2-3% selama 10-15 menit. Pengobatan dilakukan dengan perendaman. Pelaksanaan-nya harus hati-hati, untuk mencegah semakin parah-nya koi yang kita pelihara.